Langsung ke konten utama

Teknik Budidaya Bawang Merah dengan Tepat

Foto: abahtani
Agricultural Fields - Tanaman bawang merah ialah tanaman hortikultura yang telah semenjak lama di dibudidayakan oleh petani secara intensif. 

Walaupun idealnya tanaman bawang merah hendak berkembang dengan baik dikala masa kemarau, tetapi bukan berarti dikala penghujan datang para petani tidak dapat melaksanakan penanaman.

Bawang merah( Allium cepa L.) ialah tanaman semusim yang banyak diperlukan dalam kehidupan tiap hari. Bersumber pada Morfologinya tumbuhan bawang merah ialah tumbuhan yang mempunyai pangkal berupa serabut, daunnya semacam pipa, berlubang, bagian ujung daunnya meruncing, serta bercorak hijau muda dan hijau tua bunganya terkategori bunga majemuk. 

Budidaya bawang merah membutuhkan penyinaran matahari lebih dari 12 jam satu hari. Tumbuhan ini sesuai dibudidayakan di dataran rendah dengan ketinggian 0 sampai 900 m dari permukaan laut. Temperatur optimum buat pertumbuhan tanaman bawang merah berkisar 25- 32 derajat celcius. Sebaliknya keasaman tanah yang dikehendaki dekat pH 5, 6- 7.

Walaupun dikala ini banyak petani bawang merah, tetapi dalam proses budidayanya masih ditemui bermacam hambatan paling utama dari segi teknis budidaya. Oleh karena itu budidaya bawang merah secara baik serta benar wajib jadi atensi utama para petani bawang supaya panen melimpah.

Sepanjang ini bawang merah lebih banyak dibudidayakan di lahan sawah serta tidak sering diusahakan di lahan kering/ tegalan. Secara teknis, bawang merah sanggup menyesuaikan diri baik bila ditanam di dataran rendah, baik di lahan irigasi ataupun di lahan kering apalagi lahan berpasir sekalipun dapat berkembang dengan baik.

Pemilihan bibit

Bibit bawang merah yang digunakan merupakan bibit yang sehat, rupanya mengkilat, tidak keropos, dan kulitnya tidak cedera. Bawang merah dapat diperbanyak dengan 2 metode, ialah dengan memakai bahan tanam berbentuk biji serta umbi. Varietas benih buat budidaya bawang merah lumayan banyak. Terdapat benih lokal sampai benih hibrida impor. 

Wujud benihnya terdapat yang dari biji, terdapat pula berbentuk umbi. Mayoritas budidaya bawang merah di sentra- sentra produksi memakai umbi bagaikan benih.

Pengolahan Lahan

Dikala mengawali budidaya bawang merah di masa hujan, hendaknya Kamu mencerna lahan terlebih dulu dengan metode mencangkul ataupun membajak supaya tanah jadi lebih gembur serta produktif. Buat pula bedengan dengan dimensi besar 60– 120 centimeter, dengan jarak antar bedengan 20– 30 centimeter, serta diiringi parit- parit sedalam 20– 30 centimeter.

Jarak tanam bawang merah

Jarak tanam bawang merah yang digunakan pada dikala masa kemarau merupakan 15 x 15 centimeter ataupun dikala masa hujan merupakan 20 x 20 centimeter.

Pemupukan

Pemupukan susulan memakai Urea( 150- 200 kilogram/ ha), ZA( 300- 500 kilogram/ ha) serta KCl( 150- 200 kilogram/ ha). Pemupukan susulan I dicoba pada usia 10- 15 hari sehabis tanam serta susulan II pada waktu usia 1 bulan sehabis tanam, tiap- tiap½ dosis. Sedangkan, 100 kilogram NPK( 15- 15- 15) Mutiara diaplikasikan pada usia 3 minggu. 

Sebaliknya pupuk biologi diaplikasikan lewat bibit saat sebelum tanam serta/ ataupun dengan penyemprotan pada tumbuhan usia 1- 4 minggu.

Penyiraman

Penyiraman pada budidaya bawang merah sebaiknya dicoba satu hari 2 kali tiap pagi serta sore. Paling tidak sampai tumbuhan berusia 10 hari. Sehabis itu, frekuensi penyiraman dapat dikurangi sampai satu hari sekali.

Pengendalian Hama serta Penyakit

Hama serta penyakit sering muncul pada keadaan yang lembab semacam dikala masa hujan. Jalani pengontrolan bibit hama secara teratur supaya Kamu dapat lekas mengambil aksi pemberantasan hama saat sebelum menyebar. Hama yang biasa melanda bawang merah merupakan penggerek daun, antraknosa, busuk daun, serta ulat.

Usia panen

Bawang merah bisa dipanen usia 55- 90 HST bergantung dari varietas yang ditanam, tipe tanah serta ketinggian tempat.

Tumbuhan bawang merah yang siap panen memiliki cirri- ciri bagaikan berikut:
  • -      Umbi bawang merah telah tercipta sempurna.
  • -      Umbi sebagian besar telah timbul di permukaan tanah.
  • -      Prosentase daun bawang yang rebah telah menggapai 80%.
  • -      Sebagaian besar daun bercorak kuning pucat.
  • -      Pada pangkal daun apabila dipegang jadi lemas ataupun tidak kaku.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Budidaya Kangkung Yang Benar dan Menghasilkan

Foto: Jual Polybag Tanaman Agricultural Fields -  Butuh dikenal kalau budidaya kangkung jadi salah satu budidaya sayur- mayur yang dikira sangat menjanjikan, di samping penjaannya yang sangat gampang, penggemar kangkung pula lumayan besar, sehingga menjadikannya terus menjadi menguntungkan. Perencanaan yang matang serta kelihaian memandang kesempatan, usaha budidaya tumbuhan apalagi dapat dicoba di pekarangan rumah. Dibekali dengan tanah di Indonesia yang produktif, kalian tidak butuh takut buat menekuni bisnis yang satu ini. Buat lahan terbatas dapat mempersiapkan polybag. Umumnya, yang memakai polybag buat disantap sendiri bukan buat dibuat masal. Langkah ketiga, mempersiapkan tanah. Kangkung ialah salah satu sayur- mayur yang bisa diolah jadi bermacam berbagai tipe santapan dengan cita rasa yang lezat, tidak hanya itu dalam sayur- mayur kangkung pula tercantum meragam khasiat semacam Selenium, Zinc, Zat besi, Vit A, Vit C serta serat yang efisien bisa melindungi

Tantangan dan Ujian Petani Organik Indonesia

Foto: 8village Agricultural Fields - Banyak pelaku pertanian organik bermunculan bersamaan dengan pangsa pasar yang terus menjadi terbuka.  Tidak cuma sebab bernilai murah besar, pertanian organik berarti buat perbaikan ekosistem pertanian yang makin rusak akibat bahan sintetik ataupun kimiawi semacam pestisida. Khasiat budidaya organik pada dasarnya merupakan penghalang, mungkin akibat negatif yang ditimbulkan oleh budidaya kimiawi ataupun yang acapkali diucap bagaikan pertanian konvensional. Tetapi dalam perihal, budidaya pertanian organik para petani wajib berpikir secara matang dan siap lahir batin, karena paling utama dalam perihal pengendalian hama serta penyakit, yang disinyalir mudah menggorogoti tanaman organik. Sebagian besar petani organik masih melaksanakannya secara manual yang secara tidak langsung pula hendak memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak serta tingkatkan pengeluaran petani. Perihal ini, sebab pestisida natural yang belum tersebar di pasaran